Rabu, 17 Juli 2013

Biografi Jhon Refra Kei

John Refra lahir pada tanggal 10 September 1969. Tahun 1990 ia pergi merantau ke ibu kota Jakarta. Pada tahun 2000 ia mendirikan sebuah organisasi bernama AMKEI (Angkatan Muda Kei). Organisasi ini terbentuk pasca kerusuhan di Tual, Pulau Kei pada bulan Mei tahun 2000. 

Jhon Refra Kei atau yang biasa disebut Jhon Kei, tokoh pemuda asal Maluku yang lekat dengan dunia kekerasan di Ibukota. Namanya semakin berkibar ketika tokoh pemuda asal Maluku Utara pula, Basri Sangaji meninggal dalam suatu pembunuhan sadis di Hotel Kebayoran Inn di Jakarta Selatan pada 12 Oktober 2004 lalu.

Padahal dua nama tokoh pemuda itu seperti saling bersaing demi mendapatkan nama lebih besar. Dengan kematian Basri, nama Jhon Key seperti tanpa saingan. Ia bersama kelompoknya seperti momok menakutkan bagi warga di Jakarta.

Untuk diketahui, Jhon Kei merupakan pimpinan dari sebuah himpunan para pemuda Ambon asal Pulau Kei di Maluku Tenggara. Mereka berhimpun pasca - kerusuhan di Tual, Pulau Kei pada Mei 2000 lalu. Nama resmi himpunan pemuda itu Angkatan Muda Kei ( AMKEI ) dengan Jhon Kei sebagai pimpinan. Ia bahkan mengklaim kalau anggota AMKEI mencapai 12 ribu orang.

Lewat organisasi itu, Jhon mulai mengelola bisnisnya sebagai debt collector alias penagih utang. Usaha jasa penagihan utang semakin laris ketika kelompok penagih utang yang lain, yang ditenggarai pimpinannya adalah Basri Sangaji tewas terbunuh. Para ‘klien’ kelompok Basri Sangaji mengalihkan ordernya ke kelompok Jhon Kei. Aroma menyengat yang timbul di belakang pembunuhan itu adalah persaingan antara dua kelompok penagih utang.

Bahkan pertumpahan darah besar - besaran hampir terjadi tatkala ratusan orang bersenjata parang, panah, pedang, golok, celurit saling berhadapan di Jalan Ampera Jaksel persis di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada awal Maret 2005 lalu. Saat itu sidang pembacaan tuntutan terhadap terdakwa pembunuhan Basri Sangaji. Beruntung 8 SSK Brimob Polda Metro Jaya bersenjata lengkap dapat mencegah terjadinya bentrokan itu.

Sebenarnya pembunuhan terhadap Basri ini bukan tanpa pangkal, konon pembunuhan ini bermula dari bentrokan antara kelompok Basri dan kelompok Jhon Key di sebuah Diskotik Stadium di kawasan Taman Sari Jakarta Barat pada 2 Maret 2004 lalu. Saat itu kelompok Basri mendapat ‘order’ untuk menjaga diskotik itu. Namun mendadak diserbu puluhan anak buah Jhon Kei Dalam aksi penyerbuan itu, dua anak buah Basri yang menjadi petugas security di diskotik tersebut tewas dan belasan terluka.

Polisi bertindak cepat, beberapa pelaku pembunuhan ditangkap dan ditahan. Kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Namun pada 8 Juni di tahun yang sama saat sidang mendengarkan saksi - saksi yang dihadiri puluhan anggota kelompok Basri dan Jhon Kei meletus bentrokan. Seorang anggota Jhon Kei yang bernama Walterus Refra Kei alias Semmy Kei terbunuh di ruang pengadilan PN Jakbar. Korban yang terbunuh itu justru kakak kandung Jhon Key, hal ini menjadi salah satu faktor pembunuhan terhadap Basri, selain persaingan bisnis juga ditunggangi dendam pribadi.


Pada Juni 2007 aparat Polsek Tebet Jaksel juga pernah meminta keterangan Jhon Key menyusul bentrokan yang terjadi di depan kantor DPD PDI Perjuangan Jalan Tebet Raya No.46 Jaksel. Kabarnya bentrokan itu terkait penagihan utang yang dilakukan kelompok Jhon Key terhadap salah seorang kader PDI Perjuangan di kantor itu. Bukan itu saja, di tahun yang sama kelompok ini juga pernah mengamuk di depan Diskotik Hailai Jakut hingga memecahkan kaca - kaca di sana tanpa sebab yang jelas.

Sebuah sumber dari seseorang yang pernah berkecimpung di kalangan jasa penagihan utang menyebutkan, Jhon Kei dan kelompoknya meminta komisi 10 persen sampai 80 persen. Persentase dilihat dari besaran tagihan dan lama waktu penunggakan. “Tapi setiap kelompok biasanya mengambil komisi dari kedua hal itu,” ujar sumber tersebut.

Dijelaskannya, kalau kelompok John, Sangaji atau Hercules yang merupakan 3 Besar Debt Collector Ibukota biasanya baru melayani tagihan di atas Rp 500 juta. Menurutnya, jauh sebelum muncul dan merajalelanya ketiga kelompok itu, jasa penagihan utang terbesar dan paling disegani adalah kelompok pimpinan mantan gembong perampok Johny Sembiring, kelompoknya bubar saat Johny Sembiring dibunuh sekelompok orang di persimpangan Matraman Jakarta Timur tahun 1996 lalu.

"Kalau kelompok tiga besar itu biasa main besar dengan tagihan di atas Rp 500 juta’an, di bawah itu biasanya dialihkan ke kelompok yang lebih kecil. Persentase komisinya pun dilihat dari lamanya waktu nunggak, semakin lama utang tak terbayar maka semakin besar pula komisinya,” ungkap sumber itu lagi. Dibeberkannya, kalau utang yang ditagih itu masih di bawah satu tahun maka komisinya paling banter 20 persen. Tapi kalau utang yang ditagih sudah mencapai 10 tahun tak terbayar maka komisinya dapat mencapai 80 persen.

Bahkan menurut sumber tersebut, kelompok penagih bisa menempatkan beberapa anggotanya secara menyamar hingga berhari - hari bahkan berminggu - minggu atau berbulan-bulan di dekat rumah orang yang ditagih. “Pokoknya perintahnya, dapatkan orang yang ditagih itu dengan cara apa pun,” ujarnya. Saat itulah kekerasan kerap muncul ketika orang yang dicari - carinya apalagi dalam waktu yang lama didapatkannya namun orang itu tak bersedia membayar utangnya dengan berbagai dalih. “Dengan cara apa pun orang itu dipaksa membayar, kalau perlu culik anggota keluarganya dan menyita semua hartanya,” lontarnya.

Dilanjutkannya, ketika penagihan berhasil walaupun dengan cara diecer alias dicicil, maka saat itu juga komisi diperoleh kelompok penagih. “Misalnya total tagihan Rp 1 miliar dengan perjanjian komisi 50 persen, tapi dalam pertemuan pertama si tertagih baru dapat membayar Rp 100 juta, maka kelompok penagih langsung mengambil komisinya Rp 50 juta dan sisanya baru diserahkan kepada pemberi kuasa. Begitu seterusnya sampai lunas. Akhirnya walaupun si tertagih tak dapat melunasi maka kelompok penagih sudah memperoleh komisinya dari pembayaran - pembayaran sebelumnya,”

Dalam ‘dunia persilatan’ Ibukota, khususnya dalam bisnis debt collector ini, kekerasan kerap muncul diantara sesama kelompok penagih utang. Ia mencontohkan pernah terjadi bentrokan berdarah di kawasan Jalan Kemang IV Jaksel pada pertengahan Mei 2002 silam, dimana kelompok Basri Sangaji saat itu sedang menagih seorang pengusaha di rumahnya di kawasan Kemang itu, mendadak sang pengusaha itu menghubungi Hercules yang biasa ‘dipakainya’ untuk menagih utang pula.

“Hercules sempat ditembak beberapa kali, tapi dia hanya luka - luka saja dan bibirnya terluka karena terserempet peluru. Dia sempat menjalani perawatan cukup lama di sebuah rumah sakit di kawasan Kebon Jeruk Jakbar. Beberapa anak buah Hercules juga terluka, tapi dari kelompok Basri seorang anak buahnya terbunuh dan beberapa juga terluka,” tutupnya.

Selain jasa penagihan utang, kelompok Jhon Kei juga bergerak di bidang jasa pengawalan lahan dan tempat. Kelompok Jhon Kei semakin mendapatkan banyak ‘klien’ tatkala Basri Sangaji tewas terbunuh dan anggota keloompoknya tercerai berai. Padahal Basri Sangaji bersama kelompoknya memiliki nama besar pula dimana Basri CS pernah dipercaya terpidana kasus pembobol Bank BNI, Adrian Waworunto untuk menarik aset - asetnya. Tersiar kabar, Jamal Sangaji yang masih adik sepupu Basri yang jari - jari tangannya tertebas senjata tajam dalam peristiwa pembunuhan Basri menggantikan posisi Basri sebagai pimpinan dengan dibantu adiknya Ongen Sangaji.

Kelompok Jhon Kei pernah mendapat ‘order’ untuk menjaga lahan kosong di kawasan perumahan Permata Buana, Kembangan Jakarta Barat. Namun dalam menjalankan ‘tugas’ kelompok ini pernah mendapat serbuan dari kelompok Pendekar Banten yang merupakan bagian dari Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia ( PPPSBBI ).

Sekedar diketahui, markas dan wilayah kerja mereka sebetulnya di Serang dan areal Provinsi Banten. Kepergian ratusan pendekar Banten itu ke Jakarta untuk menyerbu kelompok Jhon Kei pada 29 Mei 2005 ternyata di luar pengetahuan induk organisasinya. Kelompok penyerbu itu pun belum mengenal seluk - beluk Ibukota.

Akibatnya, seorang anggota Pendekar Banten bernama Jauhari tewas terbunuh dalam bentrokan itu. Selain itu sembilan anggota Pendekar Banten terluka dan 13 mobil dirusak. 3 SSK Brimob PMJ dibantu aparat Polres Jakarta Barat berhasil mengusir kedua kelompok yang bertikai dari areal lahan seluas 5.500 meter persegi di Perum Permata Buana Blok L/4, Kembangan Utara Jakbar. Namun buntut dari kasus ini, Jhon Kei hanya dimintakan keterangannya saja.


Sebuah sumber dari kalangan ini mengatakan kelompok penjaga lahan seperti kelompok Jhon Kei biasanya menempatkan anggotanya di lahan yang dipersengketakan. Besarnya honor disesuaikan dengan luasnya lahan, siapa pemiliknya, dan siapa lawan yang akan dihadapinya

Semakin kuat lawan itu, semakin besar pula biaya pengamanannya. Kisaran nominal upahnya, bisa mencapai milyaran rupiah. Perjanjian honor atau upah dibuat antara pemilik lahan atau pihak yang mengklaim lahan itu milikya dengan pihak pengaman. Perjanjian itu bisa termasuk ongkos operasi sehari - hari bisa juga diluarnya, misalnya untuk sebuah lahan sengketa diperlukan 50 orang penjaga maka untuk logistik diperlukan Rp 100 ribu per orang per hari, maka harus disediakan Rp 5 juta / hari atau langsung Rp 150 juta untuk sebulan.

Selain pengamanan lahan sengketa, ada pula pengamanan asset yang diincar pihak lain maupun menjaga lokasi hiburan malam dari ancaman pengunjung yang membikin onar maupun ancaman pemerasan dengan dalih ‘jasa pengamanan’ oleh kelompok lain, walau begitu tapi tetap saja mekanisme kerja dan pembayarannya sama dengan pengamanan lahan sengketa.

Sumber : http://www.ruanghati.com/2012/02/20/lebih-dekat-mengenal-john-kei-biografi-mulai-debt-collector-hingga-bos-preman/
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2886-bangun-ujung-nusantara

Minggu, 14 Juli 2013

Biografi Anies Baswedan


Namanya Anies Rasyid Baswedan Ph.D. Ia cucu AR Baswedan, pejuang pergerakan nasional yang pernah jadi Menteri Penerangan masa awal kemerdekaan Indonesia. Ia anak ke-1 Drs. Rasyid Baswedan (Dosen Fak Ekonomi UII) dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid (Dosen Fak Ilmu Sosial, UNY). Ia sejak remaja akrab degan dunia akademisi. Masa SMA-nya selama 4 tahun karena terpilih sebagai peserta program AFS, 1 tahun SMA-nya di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Ia kemudian melanjutkan kuliah di UGM. Dan saat itu ia dapat beasiswa kuliah musim panas di Univ. Sophia Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Lalu ia dapat beasiswa Fulbright untuk master bidang International Security dan Economic Policy di Univ. Maryland. Ia dapat William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship dan SEAN Student Award. 

2005, Ia jadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois. Karenanya, ia dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Saat di AS, ia aktif di dunia akademik degan menulis sejumlah artikel 
dan jadi pembicara dalam berbagai konferensi. Sepulang ke Indonesia, ia bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah. Ia bekerja di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta. Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007). Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina gantikan Cak Nur. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia. Namanya dalam daftar itu sebagai satu-satunya orang Indonesia bersama beberapa pemenang Nobel. Dan World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009).

April 2010, ia terpilih sebagai 1 dr 20 tokoh pembawa perubahan dunia utk 20 tahun mendatang versi Majalah Foresight. Ia disandingkan dengan 19 tokoh dunia seperti Vladimir Putin, Hugo Chavez, dll. Majalah itu menilai Anies sebagai calon pemimpin yang mampu memberi perubahan positif bagi Indonesia. Dan ia 'pun kini disebut-sebut sebagai salah satu calon Presiden 2014. Anies kini sebagai pemimpin program Gerakan Indonesia Mengajar. Karenanya, namanya erat sebagai tokoh pendidikan Indonesia. Ia mewarisi sosok kakeknya sebagai tokoh besar dalam sejarah pembangunan Indonesia. Anies juga gigih memperjuangkan hak mendapatkan pendidikan (salah satunya melalui beasiswa) bagi anak bangsa. Perihal pendidikan tinggi, menurutnya hubungan mahasiswa 
dan perguruan tinggi bukan hubungan transaksional komersial. Harusnya pendidikan tinggi memandang dirinya sebagai pendorong kemajuan bangsa.

Ia jg aktif mendorong iklim menulis di kalangan akademisi sebagai media pencurahan gagasan. Dalam soal kebangsaan. Ia mendorong masyarakat agar optimis dalam memandang bangsa. Menurutnya, itulah yang telah ditunjukkan pemuda dalam Konferensi Pemuda II, 28 Oktober 1928. Anies menyatakan bahwa bagaimanapun kondisinya, bangsa ini harus disikapi dengan kritis dan optimistis. Ia jg mendorong agar petinggi bangsa ini mendorong untuk melunasi janji kemerdekaan bagi pendidikan anak bangsa.
Sekian. Semoga menginspirasi.



Memikirkan pendidikan adalah menyiapkan masa depan. (Anies Baswedan) 

Karakter bukan diajarkan lewat teori dan wejangan, karakter diajarkan pakai teladan dengan contoh nyata. (Anies Baswedan) 


Bukan murid, tapi orang tua dan; guru yang harus diceramahi tentang karakter agar sadar bahwa anaknya cerminan karakter mereka. 


Ibu itu otoriter mulia. Otoriter karena “penentu” surga. Mulia karena “pasti” gunakan haknya supaya anak bisa masuk surga. 


Di arena politik, kesederhanaan itu sudah jadi barang mewah. (Anies Baswedan) 


Indonesia perlu banyak pemimpin di berbagai sektor yang punya world class competence and grass root understanding. 


Tak ada negeri yang sempurna di sebundaran bumi ini. Sambut Indonesia degan hati cerah pikiran jernih dan senyum lebar. 


Bagi anak muda, internet tak boleh sebatas merawat realasi masa lalu, tapi harus jadi alat merajut masa depan.

Kamis, 11 Juli 2013

Biografi Pramoedya Ananta Toer

Ia bukan hanya dikenal sebagai salah satu penulis sastra terbaik Indonesia, tapi juga paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke ragam bahsa asing. Karenanya sebagai sastrawan Indonesia, namanya juga dikenal dan disegani di dunia. Ia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Ia lahir di keluarga degan ayah sebagai guru dan ibu berdagang nasi. Nama aslinya Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya "Cerita Dari Blora". Karena nama keluarga "Mastoer" (nama ayahnya) dirasa terlalu aristokratik, ia hilangkan awalan Jawa "Mas" jadi "Toer" saja. 

Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya. Ia lalu bekerja sebagai juru ketik surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia. Pada masa kemerdekaan, ia ikuti kelompok militer di Jawa 
dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya. Ketika kembali ke Indonesia ia jadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana ditunjukkan dalam karyanya "Korupsi". Ia juga dikenal sebagai seseorang yang mengusulkan pemerintahan dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan yang dinilai pro-Komunis Tiongkok. Bukunya dilarang dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan dan akhirnya di Pulau Buru di kawasan timur Indonesia. Selain itu, ia juga pernah ditahan 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama. Ia dilarang menulis selama masa penahanan di Buru, tetapi tetap mengatur untuk nulis serial karya terkenalnya "Bumi Manusia".

Ia dibebaskan dr tahanan pd 21\12\1979 
dan dapat surat pembebasan secara hukum tak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI. Tapi terkena tahanan rumah di Jakarta hingga 92, tahanan kota dan tahanan negara hingga 99 dan wajib lapor ke Kodim Jaktim selama 2 tahun. Ketika ia dapat Ramon Magsaysay Award 1995, itu jadi kontroversi karena kaitannya dengan Lekra. Tapi ia membantah bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang terlewat batas. Bahkan ia menyebut semua tuduhan padanya adalah fitnah dan diperadilkan agar ditemukan titik terang. Banyak tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum dan Tionghoa. 


Ia telah dipertimbangkan untuk dapat Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000. 2004, Norwegian Authors' Union Award juga berikan penghargaan pada Pram atas sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan. 1999, ia dapat gelar kehormatan Doctor of Humane Letters dari Universitas Michigan. Selain itu, puluhan penghargaan lain ia telah terima. Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walau kesehatannya telah menurun akibat usianya lanjut 
dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah 2 minggu terbaring sakit di rumahnya di Bogor dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah. Pada 27 April 2006, ia pernah tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Ia didiagnosis derita radang paru-paru, penyakit yang tak pernah menjangkitinya, plus komplikasi ginjal, jantung dan diabetes. Setelah sempat kritis, 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dlm usia 81 tahun. Ratusan pelayat dari kalangan sastrawan, aktivis dan negarawan melayat ke rumah dukanya.



Sastra ala Pram telah banyak mempengaruhi dan mewarnai kesusastraan Indonesia. Ia telah menjadi tokoh sastra Indonesia. 

"Dlm hidup kita, cuma satu yg kita punya, yaitu keberanian. Kalau tak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?" (Pram) , 

Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkun capai deretan gelar sarjana, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hewan pandai. “Kesalahan orang pandai: anggap yang lain bodoh. Kesalahan orang bodoh: anggap orang lain pandai” (Pramoedya) 


Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya. (Pramoedya)


Kehidupan ini seimbang. Barangsiapa hanya mandang keceriannya, ia orang gila. Yg hanya pandang penderitaannya, dia sakit. (Pram) 

Menulislah sedari SD, apa pun yang ditulis sedari SD pasti jadi. (Pram) 


Makin tinggi sekolah bukan berarti makin habiskan makanan orang lain. Harus makin mengenal batas. (Pram) 


Tanpa mempelajari bahasa sendiri, orang takkan mengenal bangsanya sendiri. (Pram) 


Dengan menulis, suaramu takkan padam ditelan angin. Akan abadi sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Pram) 


Hidup dapat memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima. (Pram) 


Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau? (Pram) 


Dari atas ke bawah yang ada: larangan, penindasan, perintah, hinaan. Dari bawah ke atas yg ada: penjilatan, kepatuhan dan perhambaan. 


Jika orang tak tahu sejarah bangsanya sendiri –tanah airnya sendiri– gampang jadi orang asing di antara bangsa sendiri. (Pram) 


Berbahagialah orang yg kuat menderita segala kesengsaraan untuk keperluan nusa dan bangsa. (Pram) 


Seorang terpelajar harus berlaku adil sudah sejak dlm pikiran, aplagi dalam perbuatan (Pramoedya Ananta Toer) 


Bukankah tak ada yg lebih suci bagi seorang pemuda daripada membela kepentingan bangsanya? (Pram) 


"Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan." (Pramoedya) 


Sahabat dalam kesulitan itu sahabat dlm segalanya. Jagan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lbh besar dr panasnya permusuhan.

Rabu, 10 Juli 2013

Biografi Imam Bukhari


Nama lengkap Imam Bukhari adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju'fi Al-Bukhari. Beliau lahir pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at, 13 Syawwal 194 H dikota bukhara. Maka tak heran jika beliau lebih populer dengan sebutan Al-Bukhari. Karena penggunaan huruf 'al' dirasa kurang familiar di Indonesia, maka masyarakat di sini menyebut beliau Imam Bukhari atau Bukhari. Bukhari dididik dalam keluarga yang berilmu. Ismail, Bapaknya, adalah seorang ahli hadits yang memplajarinya dari sejumlah ulama terkenal. Seperti, Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, dan Abdullah bin Al-Mubarak. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Harta tersebut dijadikan Bukhari sebagai media untuk sibuk dalam menuntut ilmu.

Waktu kecil, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Khalilullah Nabi Ibrahim AS berujar kepadanya, "Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya do'a yang kamu panjatkan kepada-NYA." Menjelang pagi harinya, ibu Imam Bukhari mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci. Dia kemudian tinggal di Makkah dekat dengan Baitullah beberapa saat untuk menuntut ilmu. Beberapa negeri yang telah disinggahi dalam rangka rihlah mempelajari hadits antara lain : Khurasan, Bashrah, Kufah, Baghdad, Hijaz (Makkah & Madinah), Syam, Al-Jazirah (kota-kota yg terletak disekitar Dajlah & Eufrat), Mesir.

Guru dan Murid Imam Bukhari
Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompok kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka, Sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau telah menulis dari sekitar 1.080 jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits. Guru-guru Imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya ialah : Abu 'Ashim An-Nabil, Makki bin Ibrahim, Muhammad bin Isa bin Ath-Thabba', Ubaidullah bin Musa, Ahmad bin Hambal, dan sebagainya. Sedangkan diantara murid beliau adalah : Imam Muslim bin Al-Hajjad An-Naisaburi, Imam Abu Isa at - Tirmidzi, Al-Imam Shalih bin Muhammad, dan sebagainya. 


Karya-Karya Imam Bukhari
Banyak buku yang ditulis oleh Imam Bukhari. Diantranya adlh Al-Jami' as-Sahih, Al-Adab al-Mufrad, At-Tarikh ash-Shaghir, At-Tarikh al-Awsath, At-Tarikh al-Kabir,At-Tafsir al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kitab al-'ilal, Raf'ul Yadain fi ash-Shalah, Birrul Walidain, Kitab al-Asyribah, Al-Qira'ah Khalfa, Al-Wihdan, Al-Fawa'id, Qadlaya ash-Shahabah wa at-Tabi'in, dan Masyîkhah. Semua karya Imam Bukhari sangat penting dalam ilmu hadits, Tetapi yang paling terkenal adalah kitab Al-Jami' Ash-Shahih yang lebih populer dengan 'Shahih Al-Bukhari'. Kitab ini mulai ditulis ketika beliau berada di Makkah. Penulisan berakhir ketika beliau berada di Madinah.


Dari sekian ribu hadits yang dihafalnya, untuk dimasukkan kedalam kitabnya itu ia mengadakan seleksi yang sangat ketat. Setiap hendak memasukkan hadits kedalam kitabnya, beliau melakukan shalat sunah dan beristikharah. Bila merasa mantap, beliau baru memasukkan hadits tersebut. Beliau melakukan hal ini selama lebih kurang 16 Tahun. 

Wafat Beliau
Imam Bukhari keluar menuju Samarkand. Tiba di khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun, di sana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan akhirnya beliau meninggal pada hari sabtu, tanggal 31 Agustus 870M (256H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.
Semoga Allah selalu merahmatinya dan ridha kepadanya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin. 
 

Sumber kultiwit @hadistku https://twitter.com/HaditsKU